Mbah Hadi Girikusumo (Ki Ageng Giri)
Mbah Hadi Girikusumo
(Ki Ageng Giri)
⏩ Mbah Hasan Muhibat atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Mbah Hadi Girikusumo, beliau adalah seorang mursyid thariqoh naqsabandiyah-khalidiyah di daerah Girikusumo, Banyumeneng Mranggen, Demak.
Mbah hadi merupakan putra dari Mbah Tohir bin Mbah Irsyad bin Mbah shodiq Jago bin Mbah ghozali klaten, kalau diurutkan ke atas lagi beliau masih memiliki darah keturunan kyai ageng pandanaran I ( Semarang ) dan Sunan tembayat ( klaten ).
Mbah Muhibal atau Mbah Hadi Girikusumo merupakan sosok seorang yang religius, beliau memiliki peran yang amat besar dalam penyebaran agama islam di daerah Girikusumo. Sedangkan nama Girikusumo sendiri konon berasal dari kata giri dan kusumo,yang artinya gunung dan kembang. Jadi, menurut istilah desa girikusumo adalah kembangnya gunung, cocok dengan istilahnya karena letak girikusumo memang berada di gunung ungaran, hal ini bisa diartikan bahwa girikusumo memang kembangnya gunung ungaran.
Mbah Hadi adalah sosok orang yang santun dan cerdas, beliau masih keturunan wali. Pada awalnya beliau dapat isyaroh untuk menyebar luaskan agama islam.
Suatu ketika pada tengah malam hari, Mbah Hadi mendapat petunjuk untuk membangun sebuah pusat pendidikan di tanah yang mirip dengan Mekah. Pencarian pun di mulai dan di awali dari Jati Ngaleh kemudian desa Kawengen yang menjadi pusat penyinggahan Mbah Hadi, akan tetapi tidak daerah tersebut yang di maksud oleh petunjuk Allah. Beliau terus mencari dan berjalan kearah utara, akhirnya beliau sampailah di daerah yang dimaksud sebuah hutan berantara yang dikelilingi oleh gunung, yaitu Gunung Ungaran, di sebelah Barat Gunung Slamet di sebelah Selatan Gunung Solo di sebelah Timur dan Bukit Kecil di sebelah Utara yang sekarang menjadi tempat pemakaman Mbah Hasan Muhibat (Mbah Hadi) pada saat beliau wafat disanalah Mbah Hadi memulai membuka pusat pendidikan yang ditandai dengan didirikannya Masjid sebagai tempat syi'ar Islam dan masjid Baitussalam sesuai dengan situs yang tertera di pintu masjid dalam waktu semalam.
Prasasti yang ditulis dengan menggunakan huruf arab pegon dan bahasanya menggunakan bahasa jawa itu berbunyi :
“ Iki pengenget masjid dukuh Girikusumo, tahun ba hijriyah nabi shallallahu alaihi wasallam 1228 wulan rabiul akhir tanggal ping nembelas awit jam songo dalu jam setunggal dalu rampung, yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane wong ahli mukmin kang hadir taqobballahu ta’ala amin”.
Dengan bekal sebauh bangunan masjid yang lokasinya berada dikaki sebuah perbukitan yang rimbun, waktu itu Mbah Hadi oleh Allah SWT, dikaruniai umur yang cukup panjang, sehingga memiliki kesempatan dan waktu yang cukup untuk menyiapkan kader-kader penerus perjuangan yang dirintisnya dikemudian hari, demikian pula denagn anak dan keluarganya Mbah Hadi memiliki perhatian yang sangat besar terutama dalam hal pendidikan. Perhatian ini dibuktikan dengan memondokkan putra-putranya diberbagai Pondok Pesantren di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, yang mampu memunculkan generasi penerus semisal Kyai Sirajuddin dan Kyai Mansur. Yang akhirnya Kyai Sirajuddin sepulang dari Pondok ditunjuk untuk meneruskan program pondok pesantren yang telah dirintis ayahandanya, khususnya santri-santri muda, sementara santri tua/toriqoh tetap dipegang oleh Mbah Hadi. Sementara Kyai Mansur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya didaerah Solo, tepatnya di desa Dlanggu Klaten. Namun Kyai Sirajuddin dikaruniai umur yang pendek oleh tuhan sehingga beliau meninggal mendahului ayahandanya.
Beliau memelopori jaringan thariqoh naqsabandiyah yang beliau ambil baiat dari Syeikh Sulaiman Zuhdi Mekkah dan melalui murid-muridnya beliau berhasil mengembangkan sampai jawa tengah yang berjumlah ratusan ribu orang. Setelah itu mbah hadi juga mendirikan pondok pesantren girikusumo
Kepemimpinan pondok pesantren dipegang sepenuhnya oleh Mbah Hadi, tetapi setelah Mbah hadi wafat pada tahun 1931, diteruskan pada mbah Zahid. Mbah Zahid sebagai generasi kedua hanya memimipin pondok dalam kurun waktu 30 tahun. Tahun 1961 tongkat kepemimpinan pondok diserahkan kepada anak tertuanya KH. Muhammad Zuhri yang oleh para santri dan masyarakat dipanggil dengan sebutan Mbah Muh Giri, karena kondisi kesehatanMbah Zahid semakin menurun dan meninggal dunia pada tahun 1967.
Di bawah kepemimpinan Mbah Muh inilah pondok Giri mulai mencoba untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dibidang pendidikan santri, penyajian pendidikan yang selama ini berjalan dengan system bandongan dilengkapi dengan system klasikal, sementara system lama tetap berjalan. Kepemimpinan Mbah Muhammad Zuhri berlangsung selama 19 tahun kemudian kepemimpinan Pondok Pesantren diteruskan putranya K.H. Nadhif Zuhri untuk ponpes dan KH Munif Muhammad Zuhri untuk pondok thoriqoh.
Saat ini pondok pesantren diasuh oleh K.H. Munif bin mbah Muhammad Zuhri bin Mbah Zahid bin Mbah Hadi
Mbah Hadi wafat 12 Rajab , Saat prosesi pemakaman mbah hadi terjadi sebuah fenomena aneh luar biasa, yaitu ada batu besar di calon makam mbah hadi girikusumo konon banyak warga yang berupaya mengangkat batu itu secara bersama-sama bergantian alhasil tidak ada yang mampu mengangkatnya. Akan tetapi, mbah manshur sendiri lah yang sanggup untuk mengangkat dan memindahkan batu tersebut.
Beliau Seorang Wali keturunan Wali yang menurunkan Wali baik dari keturunannya maupun murid2nya. Annallahu yaghfiru lahum wa yarhamuhum wa Yu'lii darojaatihim fil Jannah, wayanfauna bi uluumihim wa anwarihim wa asroorihi fiddini waddunya wal akhiroh, Aamiiin
Mau tanya kang kalau menurut cerita simbah saya beliau asalnya dari utara beliau mendapat perintah dari sunan kalijaga untuk mencari tempat di giri kusumo kalau simbah hadi mendirikan tempat berdakwah di daerah utara kedepannya nanti akan tenggelan kena rob makanya di sarankan sunan kali jaga untuk mendikiran pesantren di daerah giri kusumo dalam peejalanannya beliau mendirikan masjid sampai 7 salah satunya di giri kusumo.itu 😁😁😁
BalasHapuskalau ada hubungannya sunan kalijogo kayake kok ga masuk akal itu dilihat dr masing2 tahun wafatnya
HapusAku sudah menyambangi makamnya subhanallah sampe menetes air mataku
BalasHapusMaaf kang,saya baca ini kok merinding ya,padahal bacanya siang
BalasHapusSemoga anak keturunan kami memdapatkan keberkahan dr para auliya Allah ini,dan manjadi anak2 yg solih, ahli ilmu, ahli khoir, penerus dakwah idlam di muka bumi ini, yg beruntung di dunia hingga akhirat, aamiin...ya Allah
BalasHapusTahun meninggal nya mbah muh mohon dikoreksi...matur suwun
BalasHapus